Berawal dari kekecewaan yang memuncak pasca kegagalan memperoleh tiket buat mudik pasca keputusan cuti "paksaan" bersama bagi PNS tanggal 3 Juni 2011.
Setelah berlari-lari sepulang kantor, berusaha menembus kemacetan ibukota dengan berpeluh di dalam metromini yang melaju sesukanya, dan akhirnya berakhir dengan berbalik ke kantor setelah sampai depan Sarinah, begitu ada kabar dari teman yang sudah lebih dahulu sampai di stasiun kereta api "ekonomi" Senen bahwa tiket sudah ludes,... dan nego dengan calo laknatulloh gagal, karena tidak bisa mendapat 3 tiket sejumlah rombongan kita.
Akhirnya, saya memutuskan kembali ke rencana awal, mengikuti trip ke U.K. (baca: Ujung Kulon) yang di inisiasi seseorang dari Bandung yang sungguh belum pernah ku kenal, dengan contact person bernama "Vera", sungguh saya pernah membayangkan ia adalah gadis Bandung yang putih dan cantik, tidak suka make up, tinggi semampai dan hobi berpetualang. Namun begitu
ku telpon waktu itu, suara laki-laki yang mengangkat ujung telpon saya,..agak kecewa, namun si laki-laki ternyata karyawan di warungnya. Wah, pegusaha sukses pula, imbuhku dalam bayangan si Vera ini.
ku telpon waktu itu, suara laki-laki yang mengangkat ujung telpon saya,..agak kecewa, namun si laki-laki ternyata karyawan di warungnya. Wah, pegusaha sukses pula, imbuhku dalam bayangan si Vera ini.
Pesertanya?
sebagai akibat cuti bersama, dari awalnya ada paling tidak 4 orang yg ku kenal, akhirnya hanya tinggal seorang yang bertahan untuk tetap mengikuti trip tersebut. Ia adalah seorang teman seangkatan waktu kuliah yang sebenernya tak terlalu ku ingat, karena memang beda jurusan, dan hanya karena pertolongan Tuhanlah saya bisa bertemu dengannya 2 minggu sebelumnya, ya untuk sekedar mengingatkan memori saya pada wajah si teman saya ini (dan tentu saja, saya tidak akan sejujur itu mengatakan padanya kalo saya lupa :D)
Dan tinggal sisanya ada 25 orang yang belum ku kenal.
Begitulah pada akhirnya saya bisa mengisi waktu liburan yg mayan panjang kemarin dengan acara yang lumayan mengasyikkan, (honestly, ini hanya pemenuhan kewajibanku sbg WNI yang cenderung menyukai kata-kata ketidakikhlasan dg ungkapan "cukup", "lumayan", dsb.),.. karena acaranya ku bilang MENGASYIKKAN, dan jujur juga, memabukkan, mabuk dalam arti sebenernya, yaitu mabuk laut :p.
Bagaimana perjalanan dan berapa Ongkosnya?
ada di Part II
1. Biaya dari panitia sebesar 325rebu,
dari Sumur (tempat menyeberang ke Pulau Peucang) sampai biaya makan dan penginapan sampai kembali ke Sumur lagi. Dengan DP 150rebu, sisanya dilunasi sebelum menyeberang, setelah sarapan nasi uduk di sebuah rumah tumpangan di Sumur.
Karena ada hal di luar perhitungan, karena ada tambahan biaya kapal untuk ke Tanjung Layar, akhirnya terpaksa biaya ditambah 20rebu.
So, total 345rebu dari Sumurnya.
buat apa aja?
termasuk apa aja?
-kapal penyeberangan Sumur- Peucang PP
-penginapan
-makan gaya backpacker selama acara, tapi enak kok, soalnya doi punya warung makan, dan khusus ngebawa 2 kokinya yang berasal dari Bumen (Nggombong tepatnya)
-kapal buat ke Tanjung Layar -> snorkling, hutan rimba dimana kamu bisa berharap bertemu dengan satwa khas Ujung Kulon, penguin tropis BERCULA SATU, pantai dengan karangnya yang amazing, mercusuar
-guide
-yang tak ternilai harganya, nambah temen *.*
2. Biaya dari Jakarta
perjalanan saya mulai Jumat pukul 13.30 dari kos, saya berangkat sendirian , memisahkan diri dari rombongan Jakarta yang berangkat malam hari dikarenakan saya tidak mau memperpanjang masa terguling-guling tak berguna di kamar kos :D.
berangkat pukul 13.30 dengan motor menuju kantor hanya untuk sekedar parkir motor, saya lanjut dengan busway Pinang Ranti-Pluit dari halte BKPM menuju halte Slipi Harapan Kita, Rp 3.500.
Begitu turun dari halte, ternyata sudah ada bus Prima JasaAC Ekonomi Bekasi-Merak. Dari Harapan Kita menuju Serang Rp 17.000.
Begitu hampir sampai di Serang sekitar pukul 4 sore saya heboh bertanya ke hampir semua orang di bus perihal tempat turun sesuai arahan teman yang di Serang, yaitu Patung, setelah keluar pintu tol Serang Timur.
Padahal wanita paruh baya di sebelah yang sudah ku tanya sebelumnya sudah berjanji akan ngasih tau, karena dia akan melewatinya juga, walau dengan wajah juteknya saya tau dia serius berbaik hati padaku.
Tapi sungguh, wajah dingin itu lama-lama melunturkan keyakinanku dan akhirnya aku pun bertanya pada kondektur "dan lain-lain". Ternyata benar, begitu hampir sampai, wajah dingin itu tiba-tiba menatapku, "Patung di depan Mas, silakan siap-siap",.dan lantas berpaling lagi -___-",.. zwingg, thank you very much sis,...
Jalan-jalan di Serang
begitu turun langsung disambut ojek yg terus saja membuntuti begitu aku menunggu temanku datang. Untungnya jurus muka jutek yang ku pelajari barusan di bus sukses ku praktekkan, setelah berlagak tak mendengar tawaran si tukang2 ojek bahkan pura-pura tak ada apa-apa, mereka pun menyerah juga untuk terus mendesakku..
Selama di Serang beberapa jam, dengan guide teman saya yang kebetulan tinggal di Serang dan juga adiknya saya cuman sempat berjalan-jalan dalam arti sebenarnya, menyusuri alun-alun kota Serang,
Kantor Walikota Serang |
gerbang kantor Walikota, Islami |
Ngga jadi deh nyicip sop ikannya, karena untuk sekedar coba-coba malas juga kalo sampai harus merogoh kocek 70rebu,.. namanya juga bekpeker $_$"
Oh ya, berdasar info teman saya juga, jangan berharap makanan yang enak di Serang itu dengan standar enaknya Jakarta,... mungkin karena lidah jawa kita kali ya, beda selera aja,.. ada masukan lain??
Selepas dari alun-alun, sedikit narsis di depan kantor walikota Serang yang keren dan megah menurutku, khas gedung pemerintahan, sungguh bertolak belakang dengan gaji manusia-manusia di dalamnya,.. gaji loh ya!!!
Selanjutnya menuju Wisata Kuliner Kota Serang,.. sungguh keren,..
Wisata Kuliner Taman Sari, relatif lebih sepi dari alun-alun |
ah ngga sebegitunya kok,hehe
apalagi tempat tinggalku di kawasan Blok S yang notabene kawasan kuliner Jakarta, yang di daerah sekitarku aja ada Pujasera Blok S dengan bbrp makanan terkenal seperti bakso Kumis, ada nasi Goreng Bhakti di jl Bhakti, kafe Omah Sendok, belum lagi yang baru ada Hollicow Steak. Apalagi kalo sampai ke jalan raya, di sepanjang jalan Senopati, jalan Suryo dan jalan Woltermonginsidi, tempat makan semua tuh,.. walo hampir ngga pernah juga ku sambangi,..hehehe.
Jadi bener juga kata temenku,
Kesimpulannya : jangan mengharapkan Serang dengan standar Jakarta.
tapi Serang adalah kota yang cukup bersahabat, buktinya waktu makan di pinggir jalan, hanya dalam sekali makan, kita disuguhi pengamen dan pengemis sampe hampir sepuluh kali, mulai dari gerombolan anak anak kecil, pemuda tanggung ampe kakek nenek. Sungguh, sambutan yang luar biasa :|
Saran saya, kalo ngga bener-bener mau menikmati jajanan pinggir jalan, mending dukung pemanasan global aja deh. Bungkus pake plastik!!!!, lagian kualitas pengamennya cukup jauh dengan pengamen di daratan Jl. Bhakti dan Blok S,.. suwerr loh, ngga ngiklan!!!
bersambung...
ajak2 dunk wan kalo jalan2..hehe
ReplyDeleteya wes,.. kapan-kapan.
ReplyDeletetertariknya kemana?
munggah gunung..qq
ReplyDeleteboleh, gunung Ungaran mau?.
ReplyDeletesebenernya Juli ada yg ngajakin ke Gunung Slamet juga, tapi masih pikir-pikir