Berakhir Pekan di Kuala Lumpur

"Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China", bunyi sebuah pepatah Arab, yang banyak dikenal sebagai salah satu hadist (perkataan Rasulullah Muhammad saw.), akan tetapi sanadnya lemah menurut sebagian besar ulama. Apapun itu, karena tak menyangkut soal ibadah, tak ada salahnya kita petik pelajaran. Belajar sampai negeri China, mungkin saja tak berarti Cina secara harfiah, tetapi dalam artian negeri lain, tempat yang jauh. Tapi bisa juga beneran Cina, karena sudah adanya hubungan dagang dengan mereka sejak jaman dahulu. Yang jelas, tak ada batasan dalam belajar, baik tempat maupun waktu, pun usia. 
(alasan kenapa akhirnya memposting trip ini, padahal aslinya malu, karena terkesan ngga menghargai wisata di negeri sendiri)


Beberapa waktu yang lalu, aku dan 3 orang teman menghabiskan 2 hari akhir pekan di Kuala Lumpur, tak sejauh Cina, masih serumpun pula, dan yang pasti sekedar memanfaatkan tiket promo dari maskapai low cost Negeri tersebut. Akhirnya untuk pertama kalinya, paspor terpakai, setelah setahun hanya diam di laci. Sebenarnya jalan-jalan ini cukup berbeda dengan yang biasanya, saat naik gunung, atau eksplore taman nasional di negeri kita sendiri. Tak ada antusiasme sebelumnya, hanya karena ketika itu, hampir 8 bulan lalu ada teman yang mengajak karena ada promo tiket Air Asia, sudah ada paspor, hanya 400rb PP ini, dan mungkin akan jadi pengalaman pertama kalinya aku ke luar Jawa, ikut saja. Tak ada info destinasi-destinasi wisata yang ku cari, hanya mengandalkan informasi dari teman kantor yang seminggu lebih awal sudah duluan pergi. Biarkan temanku yang memikirkannya. 
Persiapanku hanya membeli ringgit sebesar 300RM, aku dapat harga kurs Rp 3.165 per Ringgit, di Blok M Plaza, setelah sedikit nego dari awalnya Rp 3.180, cuman iseng yang ternyata sukses.
Jumat, 15 Maret 2013, sehabis Isya dan mandi, aku baru mulai packing, 2 kaos oblong, celana kolor, sarung, dll, tak lupa sunglass dan tumbler air minum seperti pesan temen kantor yang baru dari KL, wajib bawa kacamata hitam dan botol minum besar, payung juga, karena panaaas bgt dia bilang.

DAY 1

Kami pergi berempat, dengan Dedy, Handono dan Ijal, mereka bertiga teman seangkatan di kampus dulu, penerbangan Sabtu pagi pukul 06.25 WIB dari Sukarno Hatta, dan tiba di LCC Terminal (Bandara khusus penerbangan murah/ low cost) sekitar pukul 09.30 waktu Malaysia (08.30 WIB), 2 jam perjalanan, hampir sama dengan Jakarta-Medan, tapi karena waktu di KL adalah GMT +8, atau sama dengan WITA, jadi lebih cepat sejam dari WIB.

Sambutan Negeri Tetangga
Ketika tiba di LCCT, tentunya kami harus melewati pemeriksaan imigrasi. Pemeriksaan dari imigrasi Malaysia tak berbelit, hanya memeriksa paspor, dan keperluan. Dari LCCT kami langsung naik aerobus dengan tiket seharga 8 ringgit ke KL Central, fasilitas busnya mirip dengan bus Damri bandara, dengan warna kuning yang mencolok. Perjalanan sekitar 1 jam, dengan jalanan tol yang sangat lega dan lancar.
agen bus Aerobus di bandara LCC
KL Central  yaitu terminal pusatnya KL, dimana semua moda transportasi terpusat di sana, mulai dari bus, LRT, komuter, kereta menuju bandara (KLIA Express), dan monorail (untuk monorail, terletak di seberang jalan, bukan tepat di bangunan KL Sentral, tapi posisinya berdekatan, dan sepertinya sedang dibangun yang tepat di KL Centralnya), sehingga memudahkan para pengguna angkutan umum dalam bepergian ke manapun. Fasilitas yang tersedia di KL central cukup lengkap, selain terminal terdapat berbagai toko pernak pernik, makanan, gerai-gerai makanan cepat saji, foodcourt, ATM, dan juga hotspot gratis, tapi sayangnya pas ku coba ngga bisa, hehe
Setiba di KL Central, kami bergegas mencari stasiun monorail untuk ke hostel. Setelah bertanya-tanya, ada seorang agen travel ke Genting yang menunjuk "up there.. up there!", kami pun bergegas naik ke lantai 2, dan, jeng-jeng kami malah menemukan "Medan Selera" a.k.a. Food Court, ya sudah lah, entah si Bapak tadi sengaja berbohong karena jengkel kami tidak mau membeli tiket travelnya, atau karena miss-komunikasi, tapi kami memang juga butuh sarapan. Masuklah kami, dengan menatap tajam pada daftar harga menu tentunya :p. 
food court
idola low cost traveller, suaminya yg punya orang jakarte :p

Akhirnya kami menemukan gerai yang menjual nasi lemak dengan ayam goreng seharga 5RM, sekitar 16ribuan, harga yang wajar bahkan mungkin sedikit lebih murah dibanding di Jakarta, karena lokasinya di pusat keramaian. 

Sedikit catatan kalo pesan minum di KL : 
- Jika hanya bilang "teh", maka  mereka akan memberikan teh manis, atau bahkan teh tarik dengan susu, jika mau teh tawar (tidak pakai gula), pesan-nya adalah "teh O"  atau "teh kosong tidak pakai gula"
- Biar tidak ditanya tanya lagi, pesan mimuman apa saja (kecuali jus), langsung katakan pakai ais atau sejuk ( es  atau  sejuk untuk minuman dingin) atau minta swam ( untuk minuman panas ), kalau tidak anda akan ditanya tanya lagi 
- Jangan sebut pesan akua untuk minum air mineral  seperti di Jakarta, sebab kata-nya pemandu wisata  ( infonya banyak pemandu wisata bicara seperti ini) akua itu artinya pondan atau bencong
sumber : kompasiana
Setelah makan, kami lalu ke stasiun Monorail, yang ternyata berada di
seberang jalan dari KL Sentral, jadi harus keluar dulu dengan jalan kaki mengikuti jalan keluar bus +200 meter, setelah tiba di perempatan tinggal menyeberang, dan belok kanan +100 meter.
monorail KL
Dari stasiun monorail KL Central, tujuan kami adalah stasiun Raja Chopan, yang terdekat dengan hostel tempat kami menginap, The Nest Guesthouse, yang sudah kami pesan jauh-jauh hari lewat http://www.hostelworld.com/. Bagi yang mau travelling ke manapun yang perlu penginapan, sebaiknya sudah mempersiapkan jauh-jauh hari, selain hostelworld bisa juga mencari penginapan atau hotel di http://www.booking.com. Harga tiket monorail 2,1RM.
teman sepanjang hayat, duh tagline-nya so sweet :3
Setiba di hostel, ternyata kami belum bisa check in, waktu check-in adalah jam 2 siang, masih hampir 1 setengah jam jika harus menunggu. Tak mau kehabisan waktu, kami pun menitipkan tas kepada penjaganya, dan langsung mulai jalan-jalan.

Batu Caves
Tujuan pertama kami adalah Batu Caves, merupakan bukit batuan kapur dengan goa-goa yang di dalamnya terdapat kuil untuk tempat ibadah warga Hindu. Dari Raja Chopan kami terlebih dahulu ke KL Central lagi dengan monorail, kemudian lanjut dengan komuter KL (sejenis commuter line-nya Jabodetabek). Seharusnya dari KL Central cukup sekali naik komuter untuk ke Batu Caves. Tapi sayangnya, hari itu sedang terjadi gangguan di antara stasiun Sentul dan Kuala Lumpur. Jadi dari KL Central kami hanya sampai stasiun Kuala Lumpur, lalu dijemput dengan bus untuk diantar sampai stasiun Sentul, dari stasiun Sentul baru lanjut dengan komuter lagi sampai batu Caves. Tiket komuter KL sentral ke batu Caves : 1RM, murah banget.
stasiun komuter
menunggu kereta
penampakan komuter KL
awas copet!
tidak pakai tiket, denda RM 30 (sekitar 90rb-an rupiah)
larangan di komuter

Begitu tiba di batu Caves kami disambut gerimis manis, yang pertama kali tampak adalah patung Hanoman raksasa berwarna hijau. Berikutnya adalah bangunan kuil-kuil, taman burung, taman dengan kolam, dan patung Murugan raksasa, setinggi 42.7 meter 
(Standing at 42.7 m (140 ft) high, the world's tallest statue of Murugan, a Hindudeity, is located outside Batu Caves, near the city of Kuala Lumpur, Malaysia. The statue, which cost approximately 24 millionrupees, is made of 1550 cubic metres ofconcrete, 250 tonnes of steel bars and 300 litres of gold paint brought in from neighbouring Thailand. (wikipedia))
patung Murugan, disampingnya tangga menuju goa

patung hanoman di depan batu caves 
kuil yg di dalam goa 
istirahat dulu ya pi, mama capek :)

jualan pernak pernik
welcome to dark cave
memandang KL dari Batu Caves
senyum dulu, sebelum ngos-ngosan naik tangga
Berikutnya, kita harus menaiki anak tangga yang lumayan tinggi untuk ke goa utamanya, menurut wikipedia sih ada 272 anak tangga, dan aku kemarin belum sempet menghitungnya, jika ada yang berminat membuktikan, silakan, bisa juga ngajakin monyet-monyet yang berkeliaran untuk menghitung bersama :). Untuk memasuki goa utama (temple cave) tidak dipungut biaya, gratis. Di dalamnya ada beberapa pedagang pernak-pernik, dan tentunya kuil untuk ibadah.
Di bawah Temple Cave, terdapat goa lain, yaitu Dark Cave, tapi sesuai dengan namanya, gelap, karena harus bayar lumayan mahal buat masuknya.

National Mosque
Dari Batu Caves, kami kembali menaiki komuter, dari Sentul lanjut bus jemputan ke stasiun Kuala Lumpur. Dari situ kami tidak kembali ke KL Central, tapi langsung menyeberang jalan melalui lorong penyeberangan untuk menuju Masjid Nasional, karena kebetulan sudah masuk waktu Ashar. Masjid Nasional letaknya berdekatan dengan Islamic Centre dan KTM Building yang letaknya tepat di seberang stasiun Kuala Lumpur.

penampakan National Mosque

kubahnya

pengunjung memakai mukena yg disediakan untuk menutup aurat
Masjid Nasional di KL tak sebesar Istiqlal, pun tak lebih menarik arsitekturnya, tapi mereka lebih siap menerima tamu. National Mosque itu layaknya tempat wisata rohani, di pintu depan para petugas yang ramah-ramah siap menyambut yang datang, baik hendak sholat maupun umat Agama lain yang ingin datang melihat-lihat. Tentunya keramahan petugas inilah kekuatan terbesarnya, disamping juga kemampuan berbahasa asing.
Bagi umat beragama lain pun boleh masuk ke area masjid, dengan waktu di luar waktu sholat berjama'ah, dan mereka dapat berkeliling di luar area sholat tentunya. Bagi yang pakaiannya tidak menutup aurat, di sana disediakan mukena untuk menutup aurat, dipakai oleh wanita maupun pria.

Central Market
Sehabis Ashar dan melihat-lihat sekeliling masjid nasional, kami melanjutkan rencana untuk mencari makan malam dan tempat belanja, tujuan kami adalah Central Market. Dari denah yang kami bawa, lokasinya tidak terlalu jauh dari masjid nasional, dan kami pun memutuskan untuk berjalan kaki, mungkin sekitar 10-15 menit berjalan kaki.
Mungkin jika diibaratkan Jakarta, Central Market ini seperti Mangga Dua dan Tanah Abang, cuman kalo di sana nuansanya dibikin khas, bukan melulu produk China :). Interior Central Market ditata dengan nuansa tradisional dengan berbagai tema di setiap lorongnya. Macam-macam temanya, seperti Malay Street, Straits Chinese, Little India, dll. Untuk berbelanja rasanya nyaman, karena bersih, rapi, adem, dan satu lagi kita tidak dikejar-kejar tawaran para penjaga tokonya. Selain itu, ada juga pertunjukan seni yang digelar setiap harinya. Tapi untuk harganya memang agak mahal, tapi jika mau mencari oleh-oleh ya di sini tempatnya, yang lain malah lebih mahal, apalagi di bandara. Sementara saya sendiri, berhubung tidak hobi berbelanja, dan tidak ada ide, makanya cuma lihat-lihat saja, dan numpang makan tentunya :p.
foto dari Wikipedia
Jadi kalo Jakarta mau berbenah, potensinya jauuuuuuh lebih besar, di sana hanya ada nuansa Melayu, China, India. Sementara di Jakarta, kita bisa bawa nuansa Jogja, Jawa yang lainnya, Batak, Sunda, Minang, Wong Kito, dll.
Untuk tempat makan, di Central Market ada food court yang lumayan lengkap, dengan harga sedikit agak mahal, tapi masih logis. Kalo yang ngidam makanan Indonesia, di pojokan luar ada restoran Indonesia, Es Teller 77. Selain itu, di Petaling Street, menurut info temen kantor yang sudah ke sana, ada kedai penjual makanan yang Indonesia banget. Lokasinya tidak terlalu jauh pula.

Masjid Jamek
Selepas dari Central Market kami hendak sholat Maghrib dan Isya di masjid Jamek, ternyata setelah kami muter nyariin, begitu ketemu masjid sedang ditutup karena dalam masa renovasi. Masjid ini merupakan salah satu masjid tertua di KL.

Petronas Tower
Dari stasiun masjid jamek kami naik kereta LRT (Kelana Jaya Line) langsung menuju KLCC, yaitu tepat di bawah Petronas Tower. Turun dari situ, kita tinggal masuk ke mall, dan mencari pintu keluar, karena memang niatnya buat liat menara, bukannya belanja :D.
air mancur warna-warni, mirip di Monas
menara Petronas
foto lengkap, tapiiiiiiiiiiiii.......... blur
Dari petronas tower kami kembali ke penginapan dengan berjalan kaki, sekitar 20 menitan. Dengan bermodal peta, GPS, dan tanya sana-sini. Alhamdulillah bisa sampai dengan selamat.
Begitu sampai penginapan, mandi, sholat, lalu menikmati internetan dengan fasilitas wifi yang super cepat untuk download-download game yang berat dan film, meski hanya dengan hp (jika dibandingkan dengan di Jakarta), hingga akhirnya tertidur.

DAY 2
Sarapan dan mengobrol dengan penjaga hostel. Menu sarapan disediakan gratis di penginapan, dengan roti, pisang, cereal, susu, teh, kopi, tinggal ambil sendiri,dan satu lagi yang asik, "have your own dishes", dengan begitu suasana kekeluargaannya malah dapet.
Ketika kami sarapan, pak penjaga penginapan ikut mengobrol bersama, ternyata kita satu bangsa. Beliau asli dari Medan, begitu juga istrinya. Tapi sudah beberapa tahun tidak pulang, pekerjaan beliau adalah menjaga dan membersihkan penginapan, semua dilakukan berdua dengan istri. Untuk kasir ada sendiri. Pemilik hostel kami adalah orang Austria, usahanya ada di beberapa negara. Hmmm,... boleh juga kayaknya ditiru. Selain penginapan, di lantai 1 dipakai untuk warnet, jadi dari situlah asal wifi yang cepat semalam... info lain-lainnya disensor saja :p.

Genting Highland
Setelah check out, kami pun bergegas ke KL Central lagi, untuk menuju destinasi selanjutnya yaitu Bukit Genting, untuk mencicipi skyway cable car (kereta gantung) tercepat di dunia dan terpanjang di Asia Tenggara. Kami tiba di KL Central jam 11.15, begitu ke agen bus, ternyata bus yang tersedia paling cepat berangkat jam 12.30, karena bus yang jam 11.30 sudah penuh. Sementara itu, alat transportasi lain, yaitu travel dan taxi harganya auh lebih mahal. Untuk tiket bus dan genting skyway RM 10,3 sekali jalan, tiket bus RM4, dan sisanya kereta gantung. Kami lagsung membeli tiket bolak-balik, berngkat jam 12.30 dan kembali ke jam 16.30.

bus ke Genting, scania
Genting Highland ini adalah sebuah resort yang dimiliki grup Resort World. Di dalamnya terdapat hotel, mall premium, arena permainan seperti dufan atau Trans Studio (dengan harga lebih mahal), dan yang pasti ada Casino. Untuk masuk ke casino, ada larangan yang cukup ketat, yaitu tidak boleh membawa kamera dll. Selain itu, mengingat judi di larang oleh Islam, makanya umat Islam khusus warga lokal Malaysia dilarang masuk. Umat Islam asing bagaimana? Silakan, dosanya kan dil luar tanggung-jawab pemerintah Malaysia, begitu kali ya pola pikir pemerintahan Malaysia.

Hotel, mall, dan casino Genting
rasanya ngeri waktu awal turun :|
Catatan Penting : 
Antrian untuk naik Skyway Genting ini luar biasa, terutama saat akan naik, kami antri selama 1 jam lebih sedikit loh. Jadi sebaiknya diperhitungkan dengan baik waktunya. Mungkin tiket bus bisa dibeli sehari sebelumnya, jadi tidak perlu juga menunggu bus di KL Central, supaya tidak ada waktu yang terbuang sia-sia.

Pada hari kedua, kami hanya ke Genting. Sepulang dari Genting, kami hanya mampir sholat di KL Central, lalu kembali ke bandara LCCT dengan aerobus. Pesawat kami dijadwalkan berangkat pukul 22.30, tapi akhirnya delay. 
Tiba kembali di Jakarta, mengembalikan jam ke zona WIB, disambut dengan pemeriksaan imigrasi dan bea cukai, yang malah lebih ketat (lama) dari saat masuk KL. 


Jakarta vs KL :
1. Sungai,
kali ini Jakarta kalah jauh
meski airnya sama tidak jernih, tapi lingkungan di sekitarnya bersih. Dan sampahnya minor banget. 


2. Geladangan dan Pengemis
Selama 2 hari di KL, belum ketemu.

3. Vegetasi
Jakarta menang, mata lebih adem liat banyak macam pohon, bukan melulu sawit :|.

4. Lalu Lintas
Jalan tol bener-bener bebas hambatan. Jalan menuju Genting, mungkin bisa diibaratkan jalan ke Puncak kalo di Jakarta, lebarnya 3 kalinya jalan ke Puncak, jadi lancar. Mungkin saja karena weekend, jadi sepi, tapi tetap saja lebih lancar dari Jakarta. Dan tentunya lebih siap menerima turis.

5. Kendaraan
Motor boleh masuk ke jalan tol, dan gratis pula. Tapiiii, memang sedikit pengguna motor di KL. Berbeda dengan warga Jakarta, apalagi kota pinggiran yang bisa gaul dengan motor, di KL motor benar-benar dipakai sama yang butuh aja. Ada juga yang gaul, tapi bukan dengan motor biasa, pastinya moge.
motor yang paling banyak populasinya, motor tahun 90-an awal, astrea grand kalo di Indonesia namanya, dream klo untuk KL :
beginilah motor-motor yang banyak dipakai
6. Kereta khusus Wanita
di Jakarta juga sudah, dan ada satu dua pria yang kesasar juga.

gerbong khusus wanita
7. Fasilitas Umum
pemisahan mushola pria dan wanita, jadi lebih nyaman dan aman.

mushola pria, terpisah dari wanita
8. Tertib lalu lintas
11-12, saudara serumpun lah.
Lampu merah, berhenti di belakang garis, begitu aturannya...
ain't no body got time for that
9. Kesiapan menyambut turis
Keramahan dan kemampuan serta keberanian komunikasi dengan bahasa asing bagi warganya.

10. Merokok di Tempat Umum
11-12, tapi karena tidak sepadat penduduk Jakarta, masih lebih nyaman di KL.


Sekian catatan saya, terimakasih untuk foto-fotonya buat Ijal, Mas Handono, dan Dedy.
Total biaya :
pesawat PP          : 400ribu-an
airport tax Soetta : 150rb
penginapan          : 150rb
makan dan transport : habisnya ga sampai 200 ringgit (udah termasuk yang buat bayar penginapan), kalo suka belanja ya lain cerita :D.

Comments