Pendakian Merbabu, Sebuah Permulaan

1 Januari 2010.
Merbabu, Cerita pendakian pertama, mungkin kah pelarian yang pertama juga? 

Gunung Merbabu merupakan sebuah gunung berapi yang cukup populer untuk pendakian, terutama bagi warga Jawa Tengah seperti saya. Ketika masih SMP pun sebenernya saya sempat berniat mendakinya, sayang, restu orang tua tak ku dapat, dan rasanya di umurku dulu, belum cukup keberanianku. Hasilnya, ada beberapa teman yang sukses mencapai puncak, bahkan berhasil membawa pulang foto summit ketika fajar menjelang yang luar biasa, meski harus dibayar cukup mahal, dengan bibir yang pecah-pecah berdarah, muka gosong, dan ada teman yang sakit dalam perjalanan. Foto yang dipamerkan itu pun akhirnya ku "rampas" sebuah, untuk ku simpan di kamar, sebagai penyemangat.
Alhamdulillah, akhirnya Allah memberikan kesempatan bagiku juga untuk mencoba pendakian gunung Merbabu ini, meski sudah berjarak hampir 10 tahun terlewat.
Puncak tertinggi gunung Merbabu adalah puncak Kenteng Songo, setinggi 3.142 mdpl. Maksud nama Kenteng Songo (Kenteng 9) adalah batu berlubang/kenteng yang berjumlah 9, tapi yang terlihat secara kasat mata sebenarnya hanya ada 4 buah, ada kepercayaan bahwa yang lainnya hanya terlihat oleh mata ghaib. Selain puncak Kenteng Songo masih ada 6 puncak lain di Gunung Merbabu ini, di antaranya adalah Puncak Sarip setinggi 3.120 mdpl. Keduanya menyuguhkan panorama alam yang berbeda.
Jalur pendakian ke Puncak Merbabu ada 4 jalur :
1. Jalur Kopeng - Thekelan
2. Jalur Wekas (Magelang)
3. Jalur Kopeng - Cunthel
4. Jalur Selo
Nah, jalur yang kami lalui dulu adalah, lupa, Wekas sepertinya.

view dari pos 1
Perjalanan dimulai, stasiun senen jakarta, dec.31, 2009 @07.00pm, dengan kereta Sawunggalih, kami berangkat ber-12 orang, yang sudah ku kenal saat itu baru Ahmad dan Habibie, atau Salman ya.... Sampai di St. Kutoarjo @04.00am. Sholat Subuh dan sepintas menonton wayangan di pool Sumber Alam. Lanjut perjalanan darat dengan bus PO Sumber Alam, ekonomi Jogja-Smg. Turun di Magelang (Armada)

Briefing dan Persiapan
Jumat pagi, kumpul semua anggota, total 25 orang. Makan bareng, technical meeting, cek kelengakapan, briefing singkat untuk para newbie seperti saya, dan latihan mendirikan tenda. Maklum saja, kala itu kami belum ada daya untuk membeli atau meminjam tenda dom yang tinggal pasang, praktis, ringan, dan aman dari hujan. Kami hanya bermodal tenda pramuka, luar biasa.
sarapan dulu di rumah Ahmad
Jumat siang hujan turun sejak selesai sholat Jumat, lama kami menunggu, hujan tak kunjung reda. Sementara
tekat kami sudah begitu bulat...

bersabar hendak menunggu hujan reda
Petualangan Dimulai,
Dan, tak terbendung lagi, kami pun nekat berangkat menembus hujan. Kami menyewa truk dan mulai berangkat pada pukul 3 sore, seperti sapi yang hendak dijagal di hari raya Qurban :D.
tak ada yang bisa menghalangi langkah kami, meski hujan menyerbu
Sampe titik awal jalan kaki sekitar jam 4 sore, lalu berjalan santai, beberapa gontai, malah ada yang ngojek, sampai di basecamp (Pos 1) saat Maghrib, sekitar pukul 06.00 pm.

Kami beristirahat dan makan malam di pos 1. Lalu memulai pendakian jam 9 malam, nyampe di pos 2 dinihari pukul 1.
Bikin tenda sekitar 45menit, meski kami sudah berlatih keras sejak pagi, saat itu tenda dome masih belum terjangkau, hehe. Masak-masak mie, makannya pun masih sangat primitif gini, lalu minum-minum, teh, kopi, jahe...
Suhu: ga jelas, yg pasti jaketku yg biasanya tahan terpaan berbagai AC, dr AC kantor, taxi, mall, sampai AC bus yg ngga bisa diatur itu pun ga ngefek sama sekali. Sarung tangan, tutup kepala,masker,kaos kaki, sarung ampe handuk jg msh g kuat nahan dinginnya. Ketawa-ketawa sendiri kalo sekarang inget, ke gunung bawanya sarung dan handuk, tidak ada sleeping bag dan matras :p.
kedinginan akut, mendaki bermodal jaket seragam kelas dan peci, newbie :D
Pukul 04.20am start ke puncak, 10orang, sementara yang lain melanjutkan tidur nyaman di dalam sleeping bagnya di tenda. Saya sendiri berhubung tidak punya sleeping bag, jadi tidak bisa tidur, bahkan bernafas saa sulit. Jujur sempat terpikir mungkin akan mati saat itu, astaghfirullah. Beberapa ratus meter perjalanan, seorang teman yg dr awal udh maksa diri akhirnya muntah-muntah, dan kuat lagi melanjutkan perjalanan. Ia pun di antar kembali ke pos oleh seorang dari rombongan. 
Lanjut 8 orang, . .istirahat untuk sholat Subuh. Karena posisi kita sholat menghadap jurang, jadi amazing banget rasanya pas rukuk dan mau  sujud, fiuh (jelas krg khusyu')...
nebeng gerombolan FOSMA UI :D
hampir sampai Puncak
jurang di  samping jalur menuju puncak
kabut pagi

Akhirnya, meski tidak bisa melihat pemandangan fajar dan sunrise dari puncak Merbabu, seperti di foto yang ku ambil dari temanku SMP dulu, setidaknya saya juga bisa mencapai titik tertinggi gunung Merbabu. Puncak Kenteng 9, sekitar jam 8 pagi.

@ Kenteng 9, sebuah permulaan.
para pendaki di puncak yang lain
jalan untuk kembali
pertama kalinya bertemu monyet di alam liar

perjalanan pulang....
nothing left to say..... lihat golok di sampingnya juga dong :p
Setelah puas bernarsis-narsis di puncak, kami pun kembali ke Pos 2. Pagi itu hujan turun begitu lebatnya. Dengan tenda pramuka kami, otomatis air merembes sampai banjir di dalam tenda. Semua isi tasku pun basah, hanya pakaian yang menempel di badan saja yang aman karena terlindung jas hujan. Bahkan, rain cover tas juga masih terlalu asing kala itu buatku.


(sebuah cerita lama)

Comments